Day 3, Pemaknaan Kota
Mekkah-Berkunjung ke Peternakan Unta-Ambil Miqot di Hudaibiyah-Umroh yang
kedua.
Hari selanjutnya, kami
dijadwalkan mengikuti pemaknaan kota Mekkah di suatu gedung pertemuan, kemudian
mengunjungi peternakan unta dan mencicipi susu unta segar, serta mengambil
miqot di mesjid Hudaibiyah yang tak jauh dari peternakan unta dan kemudian
langsung menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan umroh yang kedua.
Menurut perkiraan, hari ini
seharusnya adalah tanggal 1 Ramadhan. Namun ternyata semalam setelah menunggu2
pengumuman dari pemerintah Arab Saudi, 1 Ramadhan ternyata jatuh pada besok
harinya. Padahal semalam setelah makan malam kita langsung ngacir ke mesjid
bersiap2 hendak sholat taraweh.
Pagi2 setelah sarapan, kami
lalu berkumpul di lobby kemudian berangkat naik bus ke gedung pertemuan.
Itulah pertama kali aku menyaksikan suasana kota Mekkah pada siang hari di luar area hotel dan Masjidil Haram. Disana sini masih banyak renovasi sehingga kesannya agak semrawut. Perumahan warga tampak berderet2 diatas bukit2 batu yang gersang.
berkumpul di lobby |
Itulah pertama kali aku menyaksikan suasana kota Mekkah pada siang hari di luar area hotel dan Masjidil Haram. Disana sini masih banyak renovasi sehingga kesannya agak semrawut. Perumahan warga tampak berderet2 diatas bukit2 batu yang gersang.
Pepohonan hanya terdapat di beberapa titik seperti di jalan besar dan
perumahan kelas atas. Sepanjang jalan lancar jaya tanpa kemacetan. Mobil2 warga
yang sedang melaju di jalan maupun yang sedang parkir tampak agak kusam karena
debu, walaupun mobil2 itu kelihatannya mobil mahal. Mungkin karena keterbatasan
air sehingga mencuci dan membersihkan mobil bukan menjadi hal yang perlu
dilakukan..
Ternyata gedung pertemuan kami
pagi itu berada dekat dengan pondok2 jamaah haji Indonesia. Tampak jejeran
gedung2 kotak di sepanjang jalan. Lumayan jauh juga pondok2 ini dari Masjidil
Haram.. sekitar 13km. Gak kebayang gimana susahnya para jemaah haji itu mondar
mandir dari pondokan ke mesjid dan sebaliknya. Tapi menurut info dari muthawif
kami, sejak Pak Anggito Abimanyu yang menjadi Dirjen Haji, pondokan2 untuk
jemaah haji Indonesia dipindah ke lokasi yang lebih dekat dari masjidil Haram.
Pondokan terjauh hanya berjarak 3 km. Well done, pak Anggito.. Keep up the good
work..
Di dalam gedung pertemuan,
sudah berjejer kursi2 dengan layar besar didepannya. Aku sudah menebak pastilah
pemaknaan kali ini juga seru seperti pemaknaan2 sebelumnya, apalagi yang
menyampaikan adalah Pak Ary Ginanjar langsung. Pak Ary memang
piawai dalam menyampaikan tausyiah. Dengan suaranya yang mantap dan penuh
semangat. Dengan gesturenya yang mengesankan. Apalagi saat memimpin doa, waah
hati kita langsung meleleh dan larut dalam airmata.
Dalam topik pemaknaan kota
Mekkah itu, kita diberikan informasi tentang sejarah kota Mekkah, pembangunan
Ka’bah dan masjidil haram dari waktu ke waktu. Kemudian diceritakan juga kisah
saat wahyu pertama turun di gua Hira.
Mengunjungi Peternakan Unta
Setelah selesai acara
pemaknaan, kita langsung menuju peternakan unta di desa suku Badui di
Hudaibiyah. Peternakan unta itu terletak dihamparan gurun pasir di pinggir
jalan. Kemah2 para peternak unta yang berasal dari suku Badui itu tampak
bertebaran didekat kandang2 unta. Dari dalam bis aku bergumam, Masya Allah,
pastilah panas sekali di luar sana. Takjub sekali aku melihat mereka bisa survive
tinggal di tempat sepanas itu. Supply air yang pasti terbatas. Debu yang
berterbangan…
Bis kami akhirnya berhenti di
pinggir jalan dekat sebuah kandang unta. Aku turun dari bis dengan semangat. Di
dalam bis tadi, muthawif kami sangat gencar mempromosikan susu unta yang
katanya banyak khasiatnya. Namun aku semangat bukan karena khasiat susu unta
itu tapi karena ingin tahu seperti apa rasa susu unta dan bagaimana proses
pemerahannya.
Susu unta rasanya ternyata
hampir sama dengan susu sapi UHT tapi juga ada sedikit rasa seperti rasa susu
formula bayi. Aku mendapat susu unta yang dingin, segar sekali diminum diterik
matahari yang diperkirakan mencapai 53’c siang itu. Setelah puas melihat2 dan
berfoto2 dengan unta, kamipun segera naik bis karena harus mengambil miqot di
mesjid Hudaibiyah yang tak jauh dari sana.
Namun sebelum naik bis, aku sempat
melihat proses pemerahan susu unta yang dilakukan seorang peternak. Yess..susu
unta diperah dengan tangan telanjang lalu langsung dimasukkan ke botol2 kemasan
dan siap dijajakan kepada pembeli. Haaa..? tanpa disterilisasi dulu? Atau
paling nggak direbus sebentar gituu? Hee, ternyata bener2 fresh from the
camel..
Mesjid Hudaibiyah ternyata
kecil saja. Untuk ukuran mesjid yang bersejarah, mesjid Hudaibiyah ini terlihat
terlalu biasa. Tanpa ornamen2 indah di dinding dan langit2nya. Kamar mandi dan
tempat wudhu’nya juga terlihat kurang bersih. Untungnya dari awal muthawif kami
sudah menganjurkan untuk memakai pakaian ihram dari hotel dan berwudhu’ di
gedung tempat pemaknaan tadi. Kami lalu melaksanakan sholat sunnah ihram di
mesjid itu.
Kelar semua, kamipun langsung
menuju Masjidil haram untuk melakukan umroh yang kedua. Pada umroh yang kedua
ini, kita dipersilahkan untuk melakukan umroh badal. Yaitu umroh yang diniatkan
atas nama orangtua atau saudara kita yang telah meninggal atau telah uzur dan
sakit, yang tak mungkin lagi berangkat umroh.
Aku berniat umroh badal atas nama
nenekku yang telah berpulang ke rahmatullah 2 tahun lalu. Sedih rasanya karena semasa hidupnya beliau belum sempat melakukan
ibadah umroh dan haji padahal aku tahu beliau sangat ingin berangkat. Aku dari
dulu bercita2 memberangkatkan beliau naik haji atau paling nggak umroh dulu.
Namun belum sempat niat itu terlaksana, beliau keburu sakit hingga akhirnya
menghadap Sang Khalik..
Alhamdulillah prosesi umroh
yang kedua ini berjalan lancar. Mudah2an pahala umroh ini sampai ke nenek ya
nek… Aamiin.. sepanjang prosesi umroh aku tak henti2nya meminta ampunan dosa
untuk nenekku, semoga Allah menerima semua amal ibadah beliau, melapangkan
kuburnya dan semoga kami berkumpul kembali suatu saat nanti di syurga Allah..
aamiin ya robbal ‘alamiin..
Malam harinya kami
melaksanakan ibadah sholat taraweh karena sudah masuk 1 Ramadhan. Masya Allah,
Masjidil haram luarrr biasa rameeee… telat sedikit saja kami sudah tak kebagian
tempat didalam. Jadilah kami sholat taraweh di halaman mesjid. Itupun tempatnya
nyempil2, diantara kursi roda seorang jamaah dan dinding pembatas shaf.
Alhamdulillah aku bisa merasakan sholat taraweh pertamaku di Masjidil haram.
Walau rasanya ngantuk dan capek banget karena seharian beraktivitas, tapi
semuanya terbayar saat mendengar imam sholat taraweh melantunkan ayat2 Al
Qur’an dengan syahdunya. Saat pulang dari taraweh, kami kaget menyaksikan
ternyata jemaah sholat taraweh tumpah ruah hingga ke jalan2 dan trotoar2
pertokoan. Subhanallah..
Day 4. Ziarah Kota Mekkah
(Arafah, Muzdalifah, dan Mina), Thawaf Wada’, dan Berangkat menuju Madinah.
Hari ini jadwalnya Ziarah kota
Mekkah. Kita akan diajak ke Arafah dan mendapatkan pemaknaan Arafah disana.
Kemudian berkeliling melewati Muzdalifah, Mina, dan Makam Ma’la.
Pemandangan sepanjang
perjalanan dari hotel ke Arafah masih didominasi oleh bukit2 batu. Masuk ke
highway, barulah kelihatan pepohonan dan rumput2 hijau. Jalanannya sepi..cuma
terlihat beberapa mobil yang lewat. Tapi kalau musim haji pasti rame banget
jalanan ini.
Di perjalanan, bus kami
berhenti sebentar di sebuah tempat. Dari dalam bus, muthawif menunjukkan kepada
kami sebuah bukit yang ternyata adalah Jabal Nur.. Di salah satu sisi di atas
bukit itu terletaklah Gua Hira.. tempat dimana baginda Rasulullah menerima
wahyu pertama kali.. Dari dalam bis aku
terbengong bengong melihat bukit itu.
Jabal Nur sungguh tinggi dan besar.
Mencapai Gua Hira yang berada di puncaknya pastilah membutuhkan usaha yang tak
main main. Dahulu kala sebelum menerima wahyu, Rasul kerap menyambangi Gua Hira
terlebih2 pada bulan Ramadhan untuk bermunajat dan bertaqarrub pada Tuhan
Semesta Alam…mencari kebenaran yang hak. Diantara penatnya beliau menghadapi
akhlak kaumnya yang sungguh rusak pada saat itu, beliau menyingkir sejenak ke
sebuah tempat yang sunyi dan tenang. Menyendiri dan merenung. Beliau melakukan
hal tsb di Gua Hira sampai sekitar 7 tahun lamanya
Menurut orang2 yang pernah
naik ke Gua Hira, dari sana akan tampaklah pemandangan kota Mekkah secara
keseluruhan. Dan jika tak ada bangunan lain yang menutupi Ka’bah, maka akaan
terlihatlah ka’bah dengan jelas dari sana.
Aku membayangkan bagaimana gigihnya Rasulullah mencari kebenaran hakiki, sampai2 beliau rela menaiki bukit berbatu yang tinggi itu, kemudian menyendiri merenung selama berhari2 disana. Tanpa teman, gelap gulita. Kekagumanku juga bertambah pada istri beliau Khadijah r.a yang juga sering ke Gua Hira membawa makanan untuk suami tercinta.. sungguh kesabaran, keikhlasan dan pengorbanan yang tak terkira besarnya..
View kota Mekkah dari Puncak Jabbal Nur (photo from Google Image) |
Aku membayangkan bagaimana gigihnya Rasulullah mencari kebenaran hakiki, sampai2 beliau rela menaiki bukit berbatu yang tinggi itu, kemudian menyendiri merenung selama berhari2 disana. Tanpa teman, gelap gulita. Kekagumanku juga bertambah pada istri beliau Khadijah r.a yang juga sering ke Gua Hira membawa makanan untuk suami tercinta.. sungguh kesabaran, keikhlasan dan pengorbanan yang tak terkira besarnya..
Kami tidak turun di Jabal Nur.
Bis hanya berhenti sebentar sementara muthawif memberikan penjelasan2. Setelah
itu perjalanan dilanjutkan lagi menuju Arafah.
Arafah adalah daerah terbuka
dan luas yang terletak sekitar 22 kilometer dari kota Mekkah. Disinilah jamaah
haji di seluruh dunia melakukan salah satu rukun haji yaitu wukuf pada 9
Dzulhijjah. Di Arafah ini terdapat tugu yang didirikan untuk mengenang
pertemuan Adam dan Hawa setelah mereka diturunkan dari syurga dan terpisah
selama ratusan tahun. Tugu itu berada pada sebuah bukit yang dinamakan Jabal
Rahmah atau bukit kasih sayang.
Banyak jamaah yang naik ke bukit itu dan berdoa
agar pernikahan langgeng, atau agar enteng jodoh. Namun tak satupun jamaah dari
rombongan kami yang naik kesana. Selain karena sedang puasa, juga karena tidak
ada sunnah rasul yang memerintahkan untuk beribadah disana. Jadi kami cukup
melihat Jabal Rahmah dari jauh.
Di Arafah sekarang sudah mulai
menghijau. Pepohonan tampak tumbuh disana sini walaupun belum terlalu banyak.
Konon katanya, bibit pohon2 tersebut adalah hadiah dari Presiden Soekarno.
Karena itu pohon2 tsb dinamakan Pohon Soekarno oleh orang2 sana.
Setelah dari Arafah kami lalu menuju
Muzdalifah dan Mina. Muzdalifah ialah tempat terbuka diantara Mekkah dan Mina
dimana jamaah haji diwajibkan singgah dan bermalam disana setelah bertolak dari
Arafah. Setelah bermalam di Muzdalifah, jamaah melanjutkan bermalam di Mina
untuk mempersiapkan pelaksanaan lempar
jumrah.
Di Mina terdapat ribuan tenda2 putih yang disediakan untuk para
jamaah. Tenda2 itu dibuat permanen sehingga kita bisa melihatnya walaupun tidak
sedang musim haji. Aku melihat jejeran tenda2 putih itu.. Insya Allah aku akan
merasakan bermalam di dalam salah satu dari tenda itu suatu saat nanti..
aamiin..
Kami juga melewati pemakaman
Ma’la yang merupakan pemakaman jenazah orang2 mekkah dan jamaah haji/umroh yang
meninggal di mekkah sejak jaman nabi hingga saat ini. Setiap orang yang
meninggal di mekkah akan disholati di Masjidil Haram setiap selesai sholat
fardhu, kemudian dibawa ke Ma’la untuk dikuburkan. Diantara ribuan makam di Ma’la,
terdapat makam Khadijah sang Ummul Mukminin, istri Rasulullah.
Kelar melakukan Ziarah kota
Mekkah, kami lalu balik ke hotel dan bersiap melakukan thawaf wada’. Thawaf
wada’ adalah thawaf yang dilakukan sebelum meninggalkan Mekkah. Dalam
pelaksanaan ibadah haji, thawaf wada hukumnya wajib, namun dalam umroh kita
diperbolehkan tidak mengerjakan thawaf wada’ namun lebih utama jika kita
melaksanakannya.
Karena kelelahan aku akhirnya memutuskan untuk
istirahat dulu dan tidak ikut bersama rombongan. Entah kenapa saat itu aku
merasa capek, mungkin karena puasa hari pertama di cuaca yang sangat panas jadi
tubuh masih harus beradaptasi. Setelah 1 jam istirahat di kamar, aku sudah
mulai refresh lagi. Aku dan Bu Titin langsung menuju Masjidil Haram.
Cuaca luar
biasa panas saat itu. kami harus memakai kacamata hitam karena cahaya matahari
yang sangat menyilaukan. Aku ragu apakah aku mampu melaksanakan thawaf dalam
kondisi cuaca seperti itu, sedang berpuasa pula. Ah, lihat nanti sajalah.
Akupun bergegas masuk ke Mesjid. Dan setelah melihat begitu banyaknya manusia
yang sedang melakukan thawaf, aku jadi bersemangat. Mereka aja sanggup, mengapa
aku tak sanggup. Akhirnya dengan niat dan semangat yang mantap, aku dan Bu
Titin mendekat menuju Ka’bah untuk melakukan thawaf wada’.
Subhanallah..walhamdulillah..wa
laa ilaaha ilallahu..wallahu akbar.. Laa haula walaa quwwata illa billahil
‘aliyiil adziim…
Kulantunkan kalimat2 zikir itu
sambil berjalan pelan merenungi kebesaranNya. Lautan manusia yang bergerak
seirama langkah kakiku..bersama2 melantunkan pujian2 pada Sang Maha Agung.
Panas menyengat tak kami hiraukan, anggaplah saja panas ini sebagai pembakar
dosa2 kami.. aku berthawaf sambil memeluk Bu Titin dari belakang. Takut beliau
terlepas dan terpisah dariku. Bu Titin tampak bercucuran airmata.
Thawaf wada’..thawaf
perpisahan.. ya Allah, jangan jadikan thawafku ini sebagai thawaf terakhir
dalam hidupku. Aku ingin kembali lagi kesini ya Rabb. Undanglah aku lagi untuk
menikmati semua jamuanMu yang sangat indah ini yaa Tuhanku.. betapa aku rindu
walaupun belum beranjak dari sini. Betapa berat jiwaku berpisah dengan baitMu
yang agung.
Tak terasa 7 putaran selesai
kami jalani. Masya Allah, kenapa tak terasa lelah dan kehausan? Aku tadinya sempat
ragu apakah sanggup menjalaninya, bagaimana kalau aku sampai pingsan karena
berjalan diterik panas matahari diantara lautan manusia dalam keadaan
berpuasa..?
Yaa Allah sungguh aku malu telah meragukan kebesaranMu. Kejadian
ini membuatku sadar bahwa jika kita telah berniat dengan sungguh2 untuk
melaksanakan suatu kebaikan, meski terlihat sangat berat dan mustahil, namun
dengan pertolongan Allah pastilah kita bisa melewatinya. Allah selalu bersama
orang2 yang berjalan teguh memperjuangkan ibadahnya. Astaghfirullahal ‘adziim..
Selesai thawaf wada’, aku dan
Bu Titin melaksanakan sholat zuhur berjamaah. Dijamak dengan sholat ashar
karena kami akan melakukan perjalanan ke Madinah. Setelah sholat, aku lalu
mengajak Bu Titin kembali mendekat ke Ka’bah agar bisa memandanginya lekat2.
Kami pandangi bangunan kubus hitam yang agung itu dengan pandangan penuh haru.
Tak rela rasanya berpisah. Semoga ini bukan yang terakhir.. Bukan yang terakhir.. Aku amati setiap detail
dari mesjid itu. setiap detail yang bisa ditangkap oleh mata dan kalbuku.
Kucoba untuk merekamnya dalam ingatan. Agar jadi memori indah yang selalu bisa
aku kenang.
Kami cek out dari hotel jam 2
siang. Bis ungu besar itu sudah menanti kami di depan hotel. Di dalam bis, aku
duduk bersebelahan dengan suamiku, kangen juga dengan si dia. Hihihi.. Selama
ini kami hanya bertemu saat ziarah, pemaknaan, dan di jam2 makan. Selebihnya
kami jalan masing2, aku dengan gank cewekku, dan suamiku dengan ayah dan mas Haris. Perjalanan Mekkah ke Madinah
memakan waktu sekitar 5-6 jam. Jadi lumayanlah bisa agak lama deketan dengan
suami.
Ke Madinah
Pemandangan sepanjang jalan ke
Madinah hanya gurun pasir dan bukit batu sejauh mata memandang. Jalanan yang
lurus mulus seperti tak ada ujungnya. Sesekali terlihat rest area. Ada pom
bensin, restoran, toilet, mesjid dan mini market. Sempat juga terlihat sebuah
mobil berhenti di pinggir jalan sementara orang2nya sholat berjamaah di samping
mobilnya dengan beralaskan kain di pasir yang panas.
Aku membayangkan peristiwa
1400 tahun lalu saat Rasulullah SAW melakukan hijrah dari mekkah ke madinah
dengan menaiki unta. Rasul dan beberapa orang sahabatnya dengan ikhlas
mengarungi gurun pasir yang sangat panas disiang hari dan dingin menusuk tulang
di malam hari. Mekkah dan madinah yang berjarak sekitar 500km itu ditempuh dalam waktu 11 hari.
Subhanallah mereka bisa
survive.. karena keyakinan dan ketaatannya yang besar terhadap Rabbnya.
Mendadak rasa cintaku kepada kekasih Allah itu makin bertambah. Setelah melihat
sendiri medan berat yang dilalui beliau, tergambar betapa mulia jiwanya. Betapa
tangguh dan beraninya beliau.
Kami masih belum sampai di madinah
saat tiba waktunya berbuka puasa. Jadilah kami berbuka dijalan. Dengan takjil
roti, jus buah dan kurma, kami sangat menikmati dan mensyukuri suasana berbuka
puasa pada hari itu.
Tak lama kemudian kamipun
sampai di madinah. Kota Madinah terlihat lebih rapi dan teratur dibandingkan mekkah.
Konon katanya, orang2 madinah juga terkenal lebih ramah dan cepat akrab bahkan
askar dan polisinya juga dikenal lebih ramah.
Madinah al Munawaroh, yang
artinya kota yang bercahaya. Memang tak salah, dari kejauhan aku melihat mesjid
nabawi yang sangat cantik bergelimang cahaya. Ah tak sabar rasanya aku
menginjakkan kaki di mesjid kekasih Allah itu. Mesjid yang jika kita sholat
didalamnya sekali, pahalanya sama dengan pahala 1000 kali sholat di mesjid
lain kecuali Masjidil Haram
Hotel kami di madinah bernama hotel Western
Al-Harithia. Letaknya juga deket sekali dengan mesjid Nabawi. Cuma perlu jalan
kaki 100 meter saja. Sampai di hotel, kami langsung makan kemudian segera
bergegas untuk melaksanakan sholat taraweh di mesjid Nabawi.
Inilah pertama kali dalam
hidup aku menginjakkan kaki di pelataran mesjid Nabawi. Karena kami tiba di
mesjid pada saat sholat taraweh sudah dimulai, maka kami hanya mendapatkan
tempat di pelataran mesjid karena didalam sudah penuh. Payung2 yang pada siang
hari berfungsi untuk melindungi dari panas matahari itu tampak sedang terlipat.
Aku bersyukur dalam hati bisa mendapat kesempatan sholat taraweh di mesjid
Rasulullah ini.
Karena tadi kami sudah
terlambat, dan badan ini terasa letih sekali, akhirnya aku memutuskan untuk
sholat 8 rakaat saja. aku lalu balik ke hotel, sholat witir 3 rakaat kemudian
tidur. Aktivitas seharian ini sungguh melelahkan. Alarm
tubuhku sudah memanggil2 untuk isirahat jika tak ingin drop di hari2
berikutnya. Akupun tak ingin memaksakan diri, masih ada beberapa hari yang
harus aku jalani dan aku harus fit.
Day 5 ( Pemaknaan Kota Madinah, Ziarah Raudhoh)
Paginya kami sahur di restoran
hotel. Alhamdulillah akhirnya ketemu dengan masakan Indonesia. Di hotel ini,
menu sahurnya adalah masakan Indonesia. Kalau menu berbukanya sama dengan hotel
di mekkah yang kebanyakan ala timur tengah. Aah akhirnya ketemu sayur bayam,
ayam goreng, tahu goreng, sambel dan kerupuk.
Setelah sahur kami langsung ke
Mesjid untuk sholat subuh. Inilah pertama kali aku masuk kedalam Mesjid Nabawi.
Subhanallah..bagusnya mesjid ini. Lebih teratur dari Masjidil haram. Pintu
masuk wanita dibedakan dengan pintu masuk laki2. Jadi lebih tertib. Askar2
wanitanya terlihat lebih kecil2 tubuhnya
namun tak kalah tegas dengan askar2 masjidil
haram. Askar2 mesjid nabawi ini malah lebih detail dan strict dalam memeriksa
tas2 kita. Tiap jamaah yang akan masuk mesjid wajib diperiksa, tidak seperti di
masjidil haram yang kadang2 kita bisa lolos dari pemeriksaan.
Aku pernah 2 kali kedapatan
membawa kamera dan tak diizinkan masuk. Padahal kameranya sudah aku selipkan
sedemikian rupa, tapi ternyata sang askar lebih canggih lagi sehingga bisa
menemukan kameraku. Aku lalu pura2 pergi tapi segera masuk lagi ke pintu yang
satunya. Alhamdulillah askar di pintu sebelah tak terlalu detail memeriksa.
Hihi..maaf bukan maksudnya melanggar peraturan. Walau membawa kamera aku tetap
tidak berani mengambil foto di dalam mesjid. Aku hanya mengambil foto2 diluar
mesjid saja. Namun sepertinya aturan di shaf
laki2 tidak terlalu strict, buktinya suamiku dengan leluasa bisa mengambil
banyak foto dari kameranya dan kata suamiku, di pintu laki2 tak ada pemeriksaan
tas.
Para askar wanita di mesjid nabawi juga terlihat lebih banyak menggunakan
kata2 bahasa Indonesia. Seperti “Ibu..duduk ibu..”, “terus terus’, “ibu..
buka..periksa.. periksa”. Hihi lucu juga mendengarnya..
Mesjid Nabawi terlihat lebih
rapi dan nyaman. Semua bagiannya berpendingin udara sehingga sejuk sekali
berada didalam. Kalau di masjidil haram, belum semua bagian mesjid ada AC nya,
hanya sebagian kecil saja. Interior mesjid Nabawi terlihat sangat mengesankan. Aku
tak hentinya berdecak kagum melihat keindahannya.
Ah tak usah digambarkan pake
kata2, lihat aja sendiri fotonya yaa.. cantiik sekali..subhanallah. Di atap
mesjid terdapat 27 kubah yang bisa bergeser2 untuk memperlancar sirkulasi udara
secara alami ke dalam mesjid. Tak ketahuan tiba2 saja kubah sudah terbuka dan
kita bisa melihat langit dari dalam mesjid.
payung2 indah yang meneduhi jamaah dari terik matahari |
pintu Mesjid Nabawi |
interior Mesjid Nabawi |
Pemaknaan Madinah
Sehabis sholat subuh, kami kembali ke hotel
karena pagi itu akan dilaksanakan pemaknaan Kota Madinah. Jamaah akan
mendapatkan informasi dan penjelasan tentang sejarah kota madinah, sejarah
mesjid nabawi dan perjuangan Rasulullah SAW bersama para pengikutnya. Pemaknaan
itu berlangsung di sebuah hall di dalam hotel. Dan seperti biasa, pemaknaan
yang disampaikan oleh Pak Ary itu dengan sukses membuat mataku bengkak karena
menangis, merenungi dan meresapi perjuangan Rasulullah membela agama Allah.
Betapa ruginya aku selama ini karena tak terlalu mengenal manusia paling agung
di muka bumi itu.. Tak kenal lantas tak sayang. Aku hanya tahu tentang
Rasulullah sekilas dari buku pelajaran agama yang aku baca di sekolahan.
Sholawat untuknya pun sangat jarang aku lantunkan. Setelah pemaknaan ini, aku
berjanji akan mencari tahu lebih banyak lagi tentang sejarah Rasulullah. Aku
ingin mencintainya lebih dalam lagi, ingin bersholawat untuknya sebanyak2nya.
ustadz menjelaskan tentang perluasan mesjid Nabawi dari masa ke masa |
pintu makam Rasulullah dan 2 Sahabat |
Mengapa kita harus mencintai
Rasul? Karena dalam sejarah nabi2, beliaulah nabi yang paling cinta dan sayang
dengan umatnya. Bahkan disaat sakaratul mautpun pun beliau masih memikirkan
nasib umatnya. “umatku..umatku..umatku..bagaimana dengan umatku ya Allah?”.
Di
saat hari kiamat nanti, orang yang pertama kali dibangkitkan oleh Allah adalah
nabi Muhammad SAW. Dan tahukah apa yang pertama kali dipikirkan Rasul sesaat
setelah kebangkitannya? Umatnya..! Beliau bertanya kepada Jibril tentang
umatnya. Dan di hari itu kemudian beliau berusaha sekuat tenaga memberi syafaat
dan meminta pertolongan kepada Allah untuk menyelamatkan umatnya dari api
neraka. Tak ada hal lain lagi yang ada di benak beliau selain kita.. Ya..!
kita, umatnya..!
Maka patutkah kita sebagai
umat yang dicintai beliau, bersikap acuh dan tak peduli? Pantaskah kita yang di
hari kiamat nanti akan diusahakan oleh beliau mendapatkan pertolongan Allah
dari siksa api neraka, bersikap masa bodoh dan tak menggubris semua ajaran2
yang telah disampaikan?
“Engkau bersama orang yang
kaucintai” (HR Bukhari)
Begitulah sabda Rasulullah
SAW. Ya, kita senantiasa akan bersama dengan apa yang kita cintai. Jika kita hanya
mencintai harta, maka hartalah yang selalu ada di benak, di hati dan perbuatan
kita. Jika kita mencintai pujian orang2, maka perbuatan kita sehari2 pun tak
jauh dari perbuatan yang hanya mengharap pujian manusia.
Namun jika kita mencintai Rasulullah, maka perilaku
kita otomatis akan sesuai dengan perilaku beliau. Akan muncul semangat untuk
mengikuti sunnah dan meneladani akhlak beliau. Dan dengan begitu diharapkan di
hari kiamat nanti kita bisa bersama2 dengan beliau dan berkumpul di surga
bersama beliau, Muhammad Salallahu’alaihi wassalam, Rasulillah yang sangat kita
cintai. Aamiin ya rabbal ‘alamiin..
Ke Raudhoh
Setelah selesai acara
pemaknaan, berikutnya adalah ziarah Raudhoh. Raudhoh adalah suatu tempat di
Mesjid Nabawi yang terletak antara mimbar dan rumah Rasulullah SAW. Raudhoh
mempunyai keutamaan, menurut sebuah hadist Nabi “Antara rumahku dengan mimbarku
adalah Raudhoh (taman) diantara taman2 surga”. Dan di raudhoh inilah dahulu
Nabi biasa mengajarkan wahyu dan mengajarkan tentang Islam di depan para
sahabat terdekatnya.
Raudhoh adalah salah satu
tempat yang mustajab untuk berdoa. Aku jadi tak sabaran ingin cepat2 sampai
sana. Bukan hanya karena itu tempat yang mustajab, tapi juga karena lokasi
raudhoh yang dekat sekali dengan makam Rasulullah dan makam kedua sahabatnya,
Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Kakiku berjalan cepat2, sambil
melantunkan sholawat. Riang sekali aku pagi itu.
Untuk jemaah wanita, raudhoh hanya bisa
dikunjungi di jam jam tertentu. Diantaranya adalah setelah waktu dhuha sampai
jam 11 siang, diantara waktu zhuhur dan ashar dan setelah sholat isya. Hal ini
dikarenakan raudhoh berada di shaf laki2 sehingga wanita tidak bisa sembarang
waktu masuk kesana.
Karena waktu yang terbatas
itulah, bagian raudhoh yang dibuka untuk wanita menjadi sangat ramai.
Kapasitasnya yang tak terlalu besar semakin membuat raudhoh selalu penuh sesak.
Apalagi saat itu adalah bulan Ramadhan. Setibanya di sana, askar langsung membagi2
jamaah sesuai suku bangsanya. “Ibu..Ibu..Melayu..melayu sini..sini”, kata para
askar itu sambil menunjukkan tempat dimana jemaah2 berwajah melayu duduk untuk
menunggu giliran masuk.
Aku bertanya2 kenapa harus dibedakan begini ya,
ternyata menurut Mbak Fitri teman sekamarku, itu dilakukan agar orang2 melayu
yang bertubuh kecil2 tak tersikut atau terdorong orang2 arab yang bertubuh
besar2 itu. Mengingat didalam sana, memang selalu terjadi keramaian yang luar
biasa.
Agak lama juga kami duduk
menunggu untuk bisa masuk ke raudhoh. Selama masa penantian itu, kami tak
henti2nya bershalawat dan memberi salam kepada Rasulullah dan sahabat2nya.
Muthawif kami juga mengambil kesempatan itu untuk memberi pengarahan kepada kami tentang adab selama di raudhoh
dan memberikan informasi mengenai layout mesjid nabawi sebelum dilakukan
perluasan.
Sambil duduk, muthawif kami
menunjukkan satu persatu dimana batas2 mesjid nabawi yang didirikan rasulullah,
di sebelah mana rumah rasul, di sebelah mana rumah fatimah, di sebelah mana
makam dan mimbar2. Muthawif juga menginfokan bahwa Raudhoh ditandai dengan
karpet bewarna dasar putih keabu2an dan hijau. Jadi kalau bukan karpet berwarna
itu, berarti lokasi itu bukan termasuk raudhoh.
Mengenai adab di raudhoh,
diharapkan kita bisa bersabar untuk dapat masuk dan tidak berebutan apalagi
sampai menyakiti jamaah lain untuk bisa mendapatkan tempat. Sabar saja, jika
memang Allah menghendaki kita untuk mengunjungi raudhah, pastilah akan tercapai
apapun yang terjadi. Di raudhoh, kita dipersilahkan untuk sholat sunnah dan
berdoa. Sholatnya boleh sholat dhuha, sholat taubat, sholat hajat, dll.
Berhubung banyak sekali orang
yang ingin sholat di raudhoh, maka kita tidak diperkenankan untuk berlama2
disana karena harus memberikan kesempatan kepada jemaah lain. Biasanya setelah
selesai sholat, kita langsung diminta oleh askar untuk beranjak. Lah, gimana
bisa berdoa kalau begituu? Nah untuk itu ada triknya. Muthawif berkata, orang
arab biasanya memang berdoa disaat sujud dalam sholat. Jadi hampir tak pernah
mereka berdoa setelah sholat seperti yang selama ini kita lakukan.
Karena itu,
berdoalah disaat sujud. Silahkan perlama sujud kita untuk berdoa. Karena askar
tidak akan mengusir pada saat kita sedang sholat. Lalu muthawif juga menyampaikan,
jika askar belum menyuruh pergi, silahkan sholat saja lagi. Namun juga jangan
terlalu berlama2 mengingat kita harus memberi kesempatan pada jemaah lain.
Muthawif juga mewanti2 untuk
tidak berdoa menghadap makam rasul. Di makam rasul, kita hanya disarankan untuk
bershalawat. Berdoa tetap harus kepada Allah dan menghadap ke kiblat. Namun,
melihat makam Rasul secara langsung memang sangat tidak memungkinkan untuk
jemaah wanita karena ada sekat2 pembatas yang tinggi yang menghalangi pandangan
kita ke arah makam.
Selama menunggu giliran masuk
itu, hatiku diliputi perasaan tak keruan. Dadaku berdesir2 seperti perasaan
akan bertemu kekasih. Mataku berkaca2.
Dari Ibnu Abbas diriwayatkan
bahwa Nabi SAW bersabda, “Barang siapa yang berziarah kepadaku setelah
kematianku maka dia sama dengan orang yang mengunjungiku saat aku hidup. Dan
barang siapa berziarah ke kuburku, maka aku akan bersaksi untuknya di hari
kiamat”.
Ya Nabi salam alaika..ya rasul salam alaika..
ya habib salam alaika..sholawatullah alaika.. Duhai Rasul kekasih Allah,
disinilah aku umatmu yang merindu.. betapa dekatnya jarakku denganmu sekarang ya
Rasul.. kau hanya berada beberapa meter dari tempatku duduk sekarang.. Ya
Allah, kumpulkanlah kami kelak bersama Rasul kami di surgaMu…
Akhirnya giliran kami pun
tiba, askar telah memberikan kode kepada kami untuk masuk. Dengan bergegas aku
segera berdiri dan berjalan cepat tak ingin tertinggal dibelakang. Suasana saat
itu memang ramai tapi tak sampai dorong2an. Dengan bantuan askar, semua
berjalan tertib. Tak terasa kakiku sudah menginjak karpet berwarna putih
kehijauan itu. Aku sudah berada di raudhoh.
Bahagia sekali.. lalu seorang askar
menarik lenganku dan menunjuk ke tempat kosong diantara jemaah arab yang sedang
sholat. Tempat itu sempit sekali, tak ada tempat untuk meletakkan tas. Akupun
sholat dengan tas terselempang di bahu. Dalam tiap sujudku aku berdoa memohon
ampunan. berdoa dan berdoa..mencurahkan apa saja di dalam hatiku kepada Rabb-ku
sang Maha Mendengar.
Diantara keramaian raudhoh, aku berusaha sholat dengan
khusyu’. Tak terhiraukan lagi kaki2 yang melangkahi tempat sholatku. Tak
terpikirkan lagi langkah2 mereka melewati kepalaku saat sujud. Yang kutuju cuma
satu, menggapai ridho Tuhanku..
Alhamdulillah aku sempat
sholat 6 rakaat. Disaat telah selesai 2 rakaat, aku menoleh kebelakang dan
melihat muthawif memberikan isyarat padaku untuk sholat lagi, mumpung belum
diusir askar. Akhirnya aku bisa sholat sunnah 3 kali. Alhamdulillah.. setelah
selesai sholat, muthawif dengan cepat memberikan informasi tentang letak2 makam
dan mimbar yang berjarak sangat dekat dari kami tapi tak bisa kami lihat dengan
jelas karena ada sekat pembatas.
Aku lalu bershalawat dan mengucapkan salam
kepada Rasulullah dan 2 orang sahabatnya berulang2 sampai tibalah saatnya
untukku beranjak dari raudhoh. Subhanallah, pengalaman di raudhoh ini sungguh
menggetarkan hati. Perasaan sangat dekat dengan rasul, sangat dekat dengan
Allah.. alhamdulillah..segala puji hanya milikMu ya Allah..
Setelah dari raudhoh, kami
lalu menuju shaf wanita bersiap2 untuk sholat zuhur. Lalu kami memutuskan untuk
I’tikaf di mesjid sampai waktunya ashar. Setelah sholat ashar, kami balik ke
hotel. Istirahat sebentar lalu bersiap untuk buka puasa di mesjid. Ini
merupakan salah satu pengalaman baruku yang unik, berbuka puasa di Mesjid
Nabawi.
Buka Puasa di Mesjid Nabawi
Menakjubkan banget ya, bisa
berada diantara ribuan jemaah di Mesjid Nabawi untuk berbuka puasa bersama. Aku
bersemangat sekali menanti detik2 adzan magrib kali ini. Para jemaah duduk
saling berhadapan. Di depan kami terhampar plastik panjang sebagai alas untuk
makanan dan minuman agar tak mengotori ambal mesjid.
Para askar dan relawan
tampak sibuk membagi2kan takjil. Aku asyik memperhatikan, makanan dan minuman
apa itu yang dibagikan kepada kami. Ternyata kami dibagikan satu bulat roti
gandum yang gendut, beberapa buah kurma matang, yoghurt, semangkuk kecil serbuk
kecoklatan yang entah apa itu, air zamzam, jus buah dan satu minuman hangat
yang baunya seperti jamu. Para askar dan relawan itu cepat sekali geraknya,
dalam sekejap dihadapan kami telah tersedia makanan dan minuman yang sangat
membuat aku penasaran, seperti apaa yaa rasanyaa…?
menu berbuka puasa di Mesjid Nabawi |
Aku sempat bertanya ke seorang
jemaah arab di depanku tentang serbuk kecoklatan dan minuman yang seperti jamu
itu, tapi sepertinya beliau kurang mengerti bahasa Inggris, jadinya ya sama
sama bingung deh. Terpaksa aku BBM muthawif kami untuk menanyakannya.. hehehe… ternyata
serbuk itu namanya Duggah dan minuman seperti jamu itu ternyata kopi arab. Tapi
masih belum jelas juga gimana nih cara menyantap makanan2 ini.. ah, gampanglah
tinggal ikutin jemaah lain aja nanti..
Suasana menjelang berbuka
puasa ini unik sekali. Di dekat kami duduk, ada seorang ibu tua yang suka
sekali mengajak orang untuk berkenalan dan mengobrol. Ibu arab itu selalu
memeluk orang2 didekatnya padahal baru pertama kali bertemu. Suasana jadi
hangat sekali. Beberapa orang tampak mengaji dan berdzikir, dan yang lain
mengobrol. Ada banyak sekali macam bahasa yang terdengar telingaku. Mayoritas
sih bahasa Arab..tapi bahasa lainnya dan bahasa Melayu pun sering terdengar.
Apalagi bahasa Jawa..waahh hampir setiap shaf denger orang ngomong Jawa deh
kayaknya..hihihi..
Akhirnya tibalah waktu yang
dinanti. Adzan pun berkumandang dengan lantang dan syahdunya. Alhamdulillah,
setelah berdoa aku langsung menyeruput air zamzam sampai habis. Ehhhm
segarnyaa.. eeh ternyata orang2 di depanku minum kopi arab lebih dulu.. akupun
ikut2an menenggak kopi itu sambil menahan napas, kurang sreg dengan baunya.
Hmm..ternyataa..kopi arab itu walaupun dihidangkan sedikit saja tapi rasa dan
aromanya strong banget. Lebih mirip jamu sih kalo aku bilang daripada kopi. Pahit2
gimana gituu..tapi setelah minum itu dalam sekejap badan jadi hangat dan
langsung bersendawa dengan suksesnya.. ooo, salah satu khasiatnya untuk ngusir
angin kali yaa…
Aku lalu memperhatikan lagi
cara mereka menyantap roti dan teman2nya itu. Ternyata caranya gini, belah
kurma dan buang bijinya, lalu masukkan ke dalam yoghurt. Sobek roti gandum, dan
celup ke dalam yoghurt tadi. Lalu serbuk duggah itu untuk apa? Ternyata untuk
dimasukkan kedalam yoghurt juga. Jadi kurma dan duggah kita gunakan untuk
menambah cita rasa yoghurtnya.
Oke deh kalau begitu..walau terlihat amat sangat
aneh akupun mencoba juga. Walau yang terbayang dimata adalah kolak pisang, risol,
bihun goreng, dan es buah, tapi hidangan didepan mataku inipun wajib dicoba
karena termasuk hal langka dalam hidupku.
Kusobek roti gandum, lalu
kucocol kedalam yoghurt berkurma. Hap.. kunyah kunyah… hmmmm, not bad at all
kook.. malah seru juga rasanya. Ada gurih dari roti, asem dari yoghurt dan
manis dari kurma. Perfect combination..! Teman2ku memandangku dengan tatapan
shock.. kok bisanya aku makan makanan super aneh seperti itu.. aku senyam
senyum saja… jarang2 bisa mencicipi makanan unik kayak gini.. lagipula aku memang termasuk orang yang suka
mencicipi berbagai jenis makanan, jadi yaa cocok laah.. ^^
Selesai menyantap takjil,
alas2 plastik pun segera digulung dan dibersihkan dari sisa2 makanan. Sholat
magrib berjamaah akan segera dilaksanakan. Usai sholat magrib, kami kembali ke
hotel untuk makan malam. Setelah mengisi perut secukupnya di hotel, kami balik
lagi ke mesjid untuk sholat isya dan taraweh. Alhamdulillah dapat tempat
didalam mesjid, jadinya adem. Soalnya diluar suhunya 32’C, seperti suhu Jakarta
di siang hari..hehehe…
Karena adem,
sholat taraweh yang 20 raka’at plus witir 3 raka’at dengan ayat yang panjang2,
alhamdulillah bisa dilaksanakan sampai selesai. Subhanallah, baru ini aku
merasakan sholat taraweh yang sangat nikmat..syahdu sekali. Sang Imam
melafazkan ayat2 Al Qur’an dengan begitu indahnya, begitu meresapi..menjiwai..
sampai2 sempat beberapa kali beliau membaca ayat sampai menangis..
Subhanallah..
Selesai taraweh, kami langsung
balik hotel dan istirahat. Besok schedule bakalan padat.
Comments
Post a Comment