view dari depan kamar kita |
Danau Toba, khususnya kota Parapat, adalah tempat liburan favoritku saat kecil. Sebab itulah aku bertekad sekali mengajak anak2 ke sana. Agar mereka juga bisa menyaksikan betapa indah pemandangan alamnya, merasakan serunya naik ferry ke Pulau Samosir, berkenalan dengan adat budaya suku Batak, dan tentu saja berenang di danaunya. Alhamdulillah kesampaian waktu kami mudik ke Medan kemarin. Yeayy..!
Karena masih suasana lebaran, kami membooking hotel bbrp minggu sebelumnya. Takut kamarnya terlanjur habis atau terlalu mahal. Kami memilih hotel Inna Parapat, yang menurut review sangat cocok untuk anak2. Sebenernya sempet pingin menginap di Tuk Tuk saja, karena pilihan hotel di sana lebih banyak dengan rate lebih murah. Tapi karena ribet harus nyebrang lagi, jadinya kami putuskan stay di Parapat saja.
Hotel Inna Parapat sudah ada sejak dulu. Kelebihan hotel ini adalah viewnya yang memukau, dan pantai pasir putihnya yang cukup oke untuk anak2. Karena itulah ratenya jadi lebih tinggi dibanding hotel2 lain di sekitarnya. Kamar yang kami tempati terlihat sudah tua, namun ada bbrp kamar dan villa yang sepertinya masih baru. Salah satunya villa yang ditempati pak Jokowi waktu beliau bertandang ke sana.
depan kamar langsung disuguhi pemandangan ini |
sekitar inna parapat |
villa2 baru |
Kalau menginap di Inna Parapat, kita jadi ngga perlu pergi kemana2. Mau berenang ada pantainya, mau menikmati pemandangan ada langsung di depan mata, mau hunting spot foto yang instagrammable ada buanyaak di tiap sudutnya. Ditambah lagi Oma dan Tante bawa bekal makanan dari rumah, jadi ngga perlu keluar lagi beli2 makanan.
private beach di inna parapat |
Oh iya, jika ingin mencharter kapal ferry atau speedboat untuk ke Pulau Samosir, bisa menghubungi resepsionis ya. Tarifnya beragam, mulai 700 rb utk speedboat dan 900 rb utk ferry. Kami tadinya ingin mencoba speedboat, tapi karena Oma dan Tante ngga berani akhirnya memutuskan naik ferry umum aja ke Pulau Samosir.
ferry dan speedboat yang bisa dicharter |
Besoknya kami check out jam 10 pagi, lalu ke Pelabuhan Tiga Raja untuk naik ferry ke Tomok di Pulau Samosir. Sengaja check out dulu biar waktunya ngga keburu2. Pelabuhan Tiga Raja hanya berjarak sekitar 500 meter dari hotel. Kami memilih jalan kaki saja karena kondisi jalan yang macet. Sekitar 10 menit jalan kaki, kamipun sampai di pelabuhan.
jalan kaki ke dermaga tiga raja |
pasar tiga raja |
dermaga tiga raja |
Kapal ferry menuju Tomok di Pelabuhan Tiga Raja berangkat hampir tiap jam. Tiketnya pun murah, hanya 12 ribu per orang sekali jalan. Perjalanan ke Tomok sekitar 45 menit. Anak2 tampak menikmati pengalaman pertamanya menyebrangi Danau Toba. Begitupun aku, bernostalgia menikmati semilir angin di kapal sambil terpaku memandangi indahnya mahakarya Sang Pencipta. Betapa aku selalu suka Danau Toba. Meski bertahun2 tak ke sini tapi pesonanya tak pernah memudar.
Akhirnya tibalah kami di Tomok. Pelabuhannya tampak ramai. Begitu turun dari kapal, kita dikenakan retribusi sebesar 3 ribu per orang. Selesai membayar dan berjalan beberapa langkah dari kapal, kita langsung disambut deretan kios2 penjual suvenir yang panjaang sampai ke dalam. Seingatku dulu Tomok tak sepadat ini.
banyak kios suvenir |
Kami lalu masuk ke pertunjukan Sigale2 dengan tiket 5 ribu per orang. Waktu masuk ke dalam, kok terasa beda ngga seperti dulu. Perasaan dulu ada rumah2 adatnya berjejer gitu. Sambil bingung, akupun mencoba menikmati pertunjukannya. Ternyata sekarang pertunjukannya melibatkan pengunjung. Pengunjung bisa meminjam selendang dan topi atau ikat kepala, lalu menortor bersama boneka Sigale2. Cukup unik dan seru. Sayangnya anak2 ngga mau ikut menari karena cuaca yang sedang panas2nya. Mereka hanya duduk menyaksikan emaknya yang sangat lincah ngga takut panas, menortor di depan bersama Sigale2. Hahahah.. Cerita tentang Sigale2 bisa digoogling yaa..
pertunjukan sigale2 yg baru |
Kelar dari Sigale2, kami berjalan lagi makin ke dalam, mencoba menemukan makam raja Samosir. Di kiri kanan masih berjejer kios2 suvenir yang jumlahnya luar biasa banyak. Tak lama, kami menemukan lagi pertunjukan Tari Sigale2. Kali ini mirip dengan lokasi Sigale2 yang dulu kuingat. Oh ternyata ini dia lokasi yang asli. Yang di awal tadi ternyata sempalannya. Saat ditanya kenapa ada Sigale2 yang baru, abangnya menjawab : karena persaingan bisnis. Ooh begituu. Akhirnya kami masuk lagi ke Sigale2 yang ini. Bayar lagi 5 ribu per org. Aihmakjaang..
area sigale2 lama |
Setelah terheran2 dengan adanya persaingan antar Sigale2, kamipun melanjutkan berjalan ke makam raja. Sungguh Tomok jaman now terasa sangat asing bagiku. Dulu masih berasa nyaman banget, adat budayanya pun terasa kental. Sekarang kayak berasa komersil banget. Kios2 membludak, masuk Tomok kena retribusi, liat Sigale2 bayar lagi. Tapi ngga dibarengi dengan peningkatan fasilitas deh rasanya. Buktinya di makam raja2, tak ada informasi apa2. Tak ada pemandu, tak ada tulisan apa2. Padahal potensinya bagus banget loh. Ini malah jadi berasa mengunjungi pasar suvenir doang, dengan Sigale2 dan makam raja yang cuma berasa sekedarnya aja. Padahal harusnya dia yang jadi highlight nya yaa.
Kelar dari makam, kami membeli beberapa suvenir. Lalu langsung balik ke pelabuhan untuk menyebrang ke Tiga Raja. Setelah itu kamipun pulang ke Medan.
Yah begitulah hidup yaa. Habis bersenang2, langsung diberi cobaan. Tapi alhamdulillah bisa kita lalui bareng2. Anak2 alhamdulillah ngga rewel, pak Supir tersayang alhamdulillah masih kuat, bu Supir cadangan walau rada bete tapi masih lincah, Oma, Tante Inne dan Om Iman juga sehat wal afiat di kursi tengah. Apapun yang terjadi, selama dihadapi dengan orang2 tersayang insya Allah bisa menjadi kenangan ma
nis yang tak terlupakan. Insya Allah..
Comments
Post a Comment