Skip to main content

My Umroh Journey (Part 2)


Tibanya hari yang dinanti nanti  (Day 1)


Gak terasa 1,5 bulan berlalu. Tibalah hari keberangkatan kami ke tanah suci. Setelah packing2 yang menghabiskan waktu 3 hari (hehe maklumlah first timer), akhirnya koper2 kamipun siap.
Perasaanku kali ini sungguh sangat berbeda dengan perasaan saat akan pergi liburan. Rasanya ada sesuatu di dalam hati yang susah diungkapkan. Nervous tapi excited. Gugup dan kurang pede, seperti ada perasaan kurang pantas untuk menjadi tamu Allah. Tapi dalam waktu yang sama, aku juga luar biasa senang dan bersyukur. Senang karena sebentar lagi akan melihat Ka’bah langsung dengan mata kepala sendiri. Bersyukur karena diberi kesempatan oleh Allah dengan cara2 yang tak terduga.

 Setelah taksi datang, tibalah waktunya kami untuk berangkat. Setelah melaksanakan sholat sunnah sebelum bepergian, aku lalu memeluk dan menciumi ketiga buah hatiku berulang2 sambil tak henti memberikan nasehat2 kepada ketiganya untuk selalu menjadi anak baik, menjaga adik, berbagi mainan, makan yang banyak, dll. Alhamdulillah saat berangkat, anak2 nggak ada yang nangis. Mereka melepas keberangkatan kami dengan ceria. “Dadah mamaaa…dadah papaa..hati hati yaa… jangan lupa oleh oleh air zamzam yaaa…”.  Kami berdua pun berangkat dengan hati yang tenang…



Kami naik Garuda yang akan langsung terbang ke Jeddah tanpa transit. Akhirnya kami boarding sehabis maghrib setelah delay sekitar  2 jam. Tipe pesawat yang membawa kami saat itu adalah si bongsor Boeing 747-400. Pesawat paling besar yang dimiliki Garuda, memiliki upper deck dan usianya sudah cukup tua.

Selama penerbangan hampir 9 jam itu, suamiku terlihat beberapa kali tertidur lelap. Sementara aku sama sekali tidak bisa tidur senyenyak itu padahal belum tidur seharian. Suasana kabin yang remang2 itu juga tak membuat aku bisa tertidur, padahal sebenarnya mengantuk. Baru mau jatuh tertidur, eeh terbangun lagi. Begitu terus beberapa kali. 

Seperti ada sesuatu yang menahanku untuk tidur dan sepertinya itu adalah perasaan excited yang berlebihan.  Super excited sampai susah tidur. Hehehe.. untungnya tiap beberapa jam sekali, pramugari datang mendorong trolley dan menawarkan makanan.. jadi gak terlalu bosen karena ada yang bisa dikunyah… dan syukurlah penerbangan itu lancar hingga mendarat dengan smooth di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah.  Alhamdulillahirabbil’alamiin..



Tiba di Jeddah
Pintu pesawat pun dibuka dan penumpang satu persatu keluar dari pesawat. Hawa panas langsung menyergap padahal saat itu jam 12 tengah malam yang seharusnya dingin kalau di Indonesia.  Aku mendaratkan kakiku di lantai terminal haji King Abdul Aziz Airport dengan perasaan haru. Tak percaya aku bisa berada disini. Mataku berkaca2 sambil mulutku komat kamit mengucap syukur. Langkahku cepat dan bersemangat walaupun kurang tidur selama di pesawat. 

Setelah melalui pemeriksaan dokumen di Imigrasi, kami lalu mengambil bagasi dan bergegas keluar terminal. Alhamdulillah setelah keluar, bagasi langsung diurus oleh pihak travel sehingga kita tak usah repot2 membawa koper2 besar itu. Kami hanya membawa koper kabin yang berisi perlengkapan ihram. Lalu segera bergegas ke rest room untuk mengganti baju karena mengambil miqot dan niat umrah akan dilaksanakan di airport saat itu juga.

Setelah memakai pakaian ihram, kami lalu sholat sunnah Ihram 2 rakaat, lalu berkumpul untuk bersama2 melafazkan niat umroh. Sebelum berniat, ustadz kami kembali mengingatkan tentang hal2 yang penting diperhatikan selama berihram. Setelah semua mantap, barulah kami bersama2 melafazkan niat umroh “Nawaitul’umrata wa ahramtu bihaa lillahi ta’ala”.


King Abdul Aziz Airport, saat akan melafazkan niat umroh
sesaat sebelum mengambil miqot, berfoto dulu dengan pak Ary Ginanjar


Setelah itu, kami lalu masuk ke bis besar yang akan membawa kami langsung ke Mekkah. Saat itu waktu menunjukkan pukul 2.15 pagi. Perjalanan Jeddah-Mekkah memakan waktu sekitar 2 jam. Jadi diperkirakan kami akan tiba di Mekkah sekitar pukul 4.15 pagi.

Selama berada di dalam bis, lagi2 aku belum bisa tidur. Aku sibuk melihat2 pemandangan di luar. Rugi sekali rasanya kalau tidur, mengingat ini adalah kali pertama aku menginjakkan kaki di tanah Arab Saudi. Pemandangan di luar, walaupun gelap tapi tetap membuatku penasaran. Kesan pertama yang terlihat adalah :Gersang. Hampir tak ada hijau2an. Terlihat rumah2 penduduk diatas hamparan pasir dan bebatuan. Rumah2 itu berwarna hampir sama, coklat muda, krem dan warna2 terakota. 

Lampu2 kuning keemasan menghadirkan cahaya di sepanjang jalan. Sesekali tampak restoran dan toko2. Juga mesjid2 megah berwarna putih yang terlihat cantik sekali dari kejauhan. Aku mengamati semuanya, bahkan sampai plang2 bertuliskan huruf arab yang tak kumengertipun kulihat dengan seksama. Salah satu yang membuatku kagum adalah adanya plang2 dipinggir jalan seperti rambu2, tapi ternyata bukan rambu melainkan kalimat2 zikir mengingat Allah. Sesaat aku melihat plang bertuliskan “Subhanallah”, beberapa kilometer kemudian kutemukan plang bertuliskan “Astaghfirullah”, lalu “Laa ilaha ilallah” dan banyak lagi kalimat2 zikir lainnya. TOP..!

Kami lalu melewati plang di suatu daerah yang menunjukkan arah untuk orang2 non muslim. Oh iya, saya baru sadar kalau  non muslim memang tidak diperbolehkan masuk ke tanah haram. Jadi disuatu cabang jalan, orang2 non muslim harus belok ke arah dimana mereka diperbolehkan masuk.

Akhirnya disaat bis telah hampir sampai di kota Mekkah, mataku pun tak bisa menahan kantuk. Nasi kotak dan jus mangga yang aku santap di bis tadi juga sukses membuatku semakin mengantuk. Dan tertidurlah aku selama 15-20 menitan. Nyenyak sekali…damai sekali…


Tiba di Mekkah (day 2)
Akupun terbangun saat bis telah tiba di kota Mekkah. Aku langsung membuka buku panduan umrohku dan membaca Doa Memasuki Kota Mekkah. Saat itu bertepatan dengan azan subuh. Bis kami masih melaju menuju hotel tempat kami menginap. Hotel itu letaknya sangat dekat dengan Masjidil Haram. Tiba2 bis berhenti, aku kira kami sudah sampai tapi ternyata belum. Jalanan juga tak sedang macet dan bukan pula karena lampu merah. Ada apa gerangan? Ternyata bis berhenti karena jalanan sedang penuh oleh orang2 yang sedang sholat subuh. Sholat subuh di jalan? Ya.. bukan hanya di pinggir jalan tapi juga sampai ke tengah jalan..! Subhanallah..! 

Cukup lama juga kami berhenti menunggu bubarnya jamaah sholat subuh di jalanan ini. Setelah mereka bubar, barulah bis kami bisa bergerak dan tak lama sampailah kami di hotel. Nama hotelnya adalah Daar Al-Ghufran.

Hotel itu berada diatas pertokoan. Ada banyak toko berjejer2 dan menjual beragam rupa barang. Aku sempat mengamati dari dalam bis, tumpukan suvenir, sajadah2, kosmetik, pakaian2, perhiasan dan parfum di etalase dan keranjang2 toko. Juga orang2 yang berjalan lalu lalang di depan toko2 itu, kebanyakan berwajah arab dan beberapa berwajah melayu. Sebagian tampak berpakaian ihram, berjalan berkelompok sambil mengumandangkan kalimat talbiyah, “Labbaikallahumma labbaik..!”. Aku mengamati satu persatu wajah2 mereka, terlihat sangat khusyu’ dan ikhlas.

Setelah kunci kamar dibagikan di atas bis, akupun turun dan langsung masuk menuju lobby hotel yang berada di atas. Sekilas kulihat menara mesjid tinggi menjulang dari jauh. Itu pasti Masjidil Haram. Hatiku langsung berdesir.. Subhanallah.. sebentar lagi..sebentar lagi aku akan masuk kesana..

Aku sekamar dengan 2 orang jamaah lain yaitu mbak Fitri dan bu Titin. Sementara suamiku sekamar dengan ayah mertuaku dan mas Haris, sekretaris ayah mertuaku saat masih bertugas dulu. Aku dan suami memang tak sekamar karena aku tak mau merusak rencana awal suami dan ayah yang ingin memiliki ‘quality time’ bersama sebagai bapak dan anak. Karena beliau berdua jarang banget bisa ngumpul akibat kesibukan masing2. Lagipula rasanya lebih enak kalau aku sekamar dengan sesama  wanita karena bisa selalu bersama2 ke mesjid, saling sharing dan curhat, dan bisa jadi nambah saudara juga karena selama 8 hari sekamar dan kemana2 bersama pastilah akan ada ikatan yang lebih dari sekedar room mate.


roommateku : mbak Fitri dan bu Titin

Setelah masuk kamar, kami lalu beres2 koper sebentar, ke kamar mandi, sholat subuh lalu langsung bersiap2 ngumpul di lobby untuk kemudian bersama2 ke Masjidil Haram dan melaksanakan ibadah umroh. Setelah semua berkumpul di lobby hotel, pak Ary Ginanjar Agustian sang founder ESQ lalu memberikan pemaknaan tentang kain ihram. Beliau memberikan kami pemahaman tentang apa sebenarnya makna dan tujuan dari dipakainya kain ihram ini. Tentang nilai2 ketaatan, kesederhanaan, keikhlasan dan kesamaan derajat kita dimata Allah.

 Kain ihram yang cuma terdiri dari 2 helai kain putih tak berjahit, tanpa embel2 tanpa hiasan, berlaku untuk semua jamaah tanpa kecuali. Presiden dan tukang bubur, memakai pakaian yang sama saat mereka melakukan ibadah ini.  Pak Ary menyampaikan pemaknaan ini dengan penuh semangat. Kalimat kalimat yang meluncur terdengar sangat indah, sangat sejuk. Sungguh ini merupakan bekal yang sangat bermanfaat bagiku sebelum memulai umroh. Pak Ary lalu menutup acara pemaknaan ini dengan doa yang sangat menggetarkan jiwa. Mataku langsung basah oleh air mata. Aku terisak kecil, menghayati tiap bait doa yang diuntaikan dengan penuh kepasrahan dan pengharapan.

Setelah itu kami semua lalu bersalaman dan berpelukan saling meminta maaf, dalam ESQ dikenal dengan istilah "Salam Semut"


Melaksanakan Umroh
Kami lalu bergerak keluar hotel menuju Masjidil Haram yang letaknya cuma 100 meter dari hotel. Rombongan kami yang berjumlah 60 orang itu berjalan mantap mengikuti muthawif (tour leader) sambil melafazkan kalimat talbiyah berulang2.
“Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik, innalhamda wanni’mata laka walmulk laa syariika lak”.
foto diambil dari page FB ESQ Tours and Travel

Mataku kembali basah. Kunikmati setiap langkahku menuju Masjidil Haram itu dengan khusyu’. Entahlah perasaan apa ini, yang pasti indah sekali. Aku merasa menjadi sangat dekat denganNya. Aku merasa sedang diperhatikanNya dengan pandangan penuh sayang. Masjidil Haram yang makin lama makin dekat itu terasa kabur dimataku karena airmata. Sesekali kutatap mata suamiku yang berjalan disebelahku, aku ingin mengatakan padanya betapa aku bahagia luar biasa tapi rasanya tak perlu karena pasti dia sudah tahu dengan hanya melihat rona wajahku. 

Lalu tibalah kami di halaman Masjidil Haram. Lantainya putih bersih, dan mesjidnya bernuansa abu2 dan krem. Megah sekali. Pintu utamanya sangat besar dan indah. Kami berhenti sejenak di dekat pintu utama untuk briefing sebentar. 
diambil dari page FB ESQ tours and travel

Lalu muthawif memimpin doa masuk Masjidil Haram. Kemudian setelah melepas alas kaki, masuklah kami ke mesjid terbesar di dunia itu. Begitu masuk mesjid, mataku langsung mencari2 sesuatu, bangunan berbentuk kubus  berwarna hitam yang menjadi tujuan utama semua orang yang berada di mesjid ini. Ka’bah..dimanakah kau?

 Pandanganku kusapu jauh kedalam, sampai tak terhiraukan lagi askar2 wanita yang ingin memeriksa tas2 kami. Setelah berjalan beberapa langkah dari pintu masuk, akhirnya mataku dapat menangkapnya..  karena posisi kami berada agak diatas, aku baru hanya bisa melihat bagian bawahnya saja karena bagian atasnya tertutup atap mesjid, lautan orang2 tampak berjalan mengelilinginya. Kami berjalan terus makin kedalam, dan nampaklah dihadapanku sebuah bangunan agung yang berdiri kokoh. Bangunan yang selama ini hanya bisa aku saksikan dari layar televisi dan gambar2. Kiblat umat muslim di seluruh penjuru dunia.


 Aku melihat Ka’bah..! Ya, Ka’bah didepan mataku.  Maka nikmat Allah yang mana yang sanggup aku dustakan? Tak bosan aku memandanginya. Begitu mulia, begitu agung dan berwibawa. Perasaan haru dan bahagia berganti2 memenuhi dadaku. Tak lama kamipun memulai thawaf sebagai rukun umroh yang kedua. Hitungan thawaf dimulai dari sudut Hajar Aswad. Muthawif mengisyaratkan kami untuk melambaikan tangan dan melayangkan kecupan ke arah Hajar Aswad sambil mengucapkan “Bismillahi Allahu akbar wa lillaahilhamd”. Thawaf pun dimulai.

Thawaf dilakukan sebanyak 7 kali putaran. Selama thawaf, kita bebas untuk berdoa dan berzikir dengan doa dan zikir apa saja yang kita pahami. Jadi tidak wajib menghafal atau membaca doa2 panjang yang ada di buku panduan umroh yang dibagikan oleh pihak travel itu karena memang tidak ada tuntunannya. Silahkan bebas berdoa dan berzikir apa saja. Penuhi hati dan pikiran kita dengan berdoa dan mengingat Allah, juga introspeksi diri. 

Aku pribadi membaca “Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallahu wallaahu akbar walaa haula walaa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhiim”. Kemudian dalam setiap putaran, diantara rukun Yamani dan hajar Aswad, Rasul menuntunkan untuk membaca doa “Rabbana atina fid dunya khasanah wa fil akhirat khasanah wa qina adzabannar”.  

Sambil berjalan pelan mengelilingi Ka’bah, aku berdoa untuk orangtuaku, adikku, saudara2 dan teman2ku. Semoga mereka semua juga diberikan kesempatan untuk menjadi tamu Allah dan merasakan semua hal indah yang aku rasakan saat itu. Bayangan wajah2 kedua orangtua, adik dan anak2ku datang silih berganti. Kupinta ampunan dosa, kesehatan dan keberkahan untuk mereka, orang2 yang paling aku sayangi.

Aku menghayati setiap langkahku mengelilingi Ka’bah pagi itu. walau udara panas menyengat dan harus berjubelan dengan jamaah lain, tapi alhamdulillah aku sama sekali tak merasa berat. Di salah satu sisi Ka’bah di tiap putaran, aku merasakan semilir angin yang sejuuuuk sekali menerpa wajah dan tubuhku. Entah angin darimana, tapi angin itu mampu menjadi penawar rasa panas walau cuma datang sebentar.

 Aku berjalan sambil menggenggam erat kain ihram suamiku, takut terpisah dari rombongan.  Suamiku berada di sampingku, kadang2 berada di belakangku sambil melindungiku dari desakan dan himpitan jamaah lain. Kami berjalan pelan mengikuti muthawif di depan yang membacakan doa2 panjang. Sesekali aku mengikuti bacaan2 sang muthawif, tapi lebih banyak aku berdoa dan berzikir sendiri dalam hati. Doa dan zikir yang aku mengerti pastilah lebih mudah bagiku untuk meresapinya.

Kami terus berkeliling di bawah terpaan panas matahari yang diperkirakan mencapai 45’c pagi itu. terkadang aku harus terdorong kedepan, atau terkena sikutan jemaah lain, atau terinjak kakinya. Disinilah diuji juga kesabaran dan keikhlasan kita. Orang2 arab dan timur tengah lain yang berpostur tinggi besar dan suka tergesa2 itu terkadang dengan tak sengaja suka mendorong, menyikut dan menyerobot. Kalau sudah begitu, ingin rasanya marah menegur atau sekedar sebal dan menggerutu dalam hati. Namun kita dihimbau untuk sabar dan mengikhlaskan. Anggap itu salah satu ujian dari Allah. Perbanyak istighfar saja. Insya Allah semua akan terasa ringan..

Tak terasa, muthawif sudah memberi isyarat kalau kita telah selesai thawaf 7 putaran. Alhamdulillah, thawafnya lancar. Kita lalu menuju ke suatu tempat di belakang Maqam Ibrahim untuk sholat sunnah 2 rakaat. Ini adalah sholat pertamaku di Masjidil Haram dan pertama kali dalam hidupku aku sholat dengan Ka’bah langsung ada di depan mata. Rasanya sangat dekattt sekali denganmu yaa Rabb.. Airmata lagi2 tak dapat dibendung, berlinang2 tak bisa kukendalikan. Aku mengadu dan mengeluarkan semua isi hatiku, berdoa penuh harap, meminta ampunan dosa dosa yang luar biasa banyak itu.. Terimalah taubat hambaMU ini ya Allah…


sholat di belakang Maqom Ibrahim ( photo from Fb ESQ)




Rukun selanjutnya adalah Sa’i, yaitu berjalan atau berlari2 kecil dari bukit Shafa ke bukit Marwah sebanyak 7 kali bolak balik. Dari Shafa ke Marwah dihitung 1 kali begitu juga dari Marwah ke Shafa. Jarak antara Shafa dan Marwah sekitar 400 meter. Lokasi sa’i ini ternyata tidak jauh dari Ka’bah, juga berada dalam area Masjidil Haram. Sebelumnya aku membayangkan sebuah tempat yang tandus gersang, persis seperti gambaran saat Siti Hajar berlari2 mencari air untuk Ismail yang menangis kehausan. Tapi ternyata tempat itu sudah dibuat sedemikian rupa sehingga sangat jauh dari bayanganku. Jalur tempat kita berjalan dari Shafa ke Marwah dan sebaliknya sudah seperti 1 ruangan panjang jadi kita tidak akan terkena panas matahari.


Bukit Shafa dan bukit Marwah juga sudah dipagari dan dikelilingi pembatas transparan. Ruangan itu juga berpendingin sehingga sejuk sekali, kontras dengan udara diluar yang sedang garang2nya. Lantainya juga dingin sekali. Di sepanjang jalan terdapat beberapa spot keran air zamzam yang sejuk dan segar.



Alhamdulillah atas kemudahan ini. Kita tidak harus menempuh segala kesusahan dan keletihan yang dialami oleh Siti Hajar. Betapa nyamannya fasilitas zaman kini sehingga tidak usah berpanas2 lagi ketika melakukan sa’i.  Kalau haus tinggal minum, kalau capek bisa istirahat sebentar selonjor dilantai marmer yang bersih dan sejuk. Tapi bukan berarti kita tak bisa mengambil makna dari ibadah sa’i ini hanya karena kondisi lokasi yang sudah sangat berbeda dari aslinya.

Sepanjang perjalanan antara Shafa dan Marwah itulah aku mencoba membayangkan menjadi seorang Siti Hajar dan kembali pada zaman itu. Zaman dimana wanita tegar itu ditinggalkan berdua dengan bayinya di gurun yang tandus tanpa perbekalan yang memadai. Aku bisa merasakan bagaimana cemasnya, kekhawatiran seorang ibu terhadap keselamatan anak dan dirinya. Namun karena keikhlasan hati menerima ujian dan menjalankan perintah Allah, semuanya rela ia lakukan. Dan tibalah saat dimana air susunya sudah habis sementara bayi Ismail menangis kelaparan dan kehausan. Ia lalu berusaha mencari2 air, berlari diantara bukit Shafa dan Marwah. Tak berputus asa ia terus mencari sampai tibalah pertolongan Allah yang memunculkan mata air dari hentakan kaki Ismail yang sedang menangis keras.

Subhanallah, sungguh pengorbanan yang sangat besar. Sungguh dedikasi yang sangat tinggi yang telah ia berikan kepada Tuhannya. Dan semangat tak pantang menyerah itu, yang harus ditiru oleh para muslimah zaman sekarang. Apa yang membuat Siti Hajar sekuat itu? Keikhlasan. Dan apa yang membuat ia tak henti terus berusaha mendapatkan air di tengah gurun tandus yang kalau dipikir pakai akal mustahil akan ada air? Pastilah karena keyakinannya yang kuat akan Tuhannya Sang Maha Penolong dari segala kesusahan.

Aku juga belajar tentang tanggung jawab dan refleksi kasih sayang seorang ibu untuk anaknya dari kisah Siti Hajar ini. Demi kelangsungan hidup anaknya, ia harus berjuang begitu kerasnya, begitu sabarnya. Sampai malu sendiri kalau harus membandingkan dengan apa yang telah aku perjuangkan untuk anak2ku..level sabarku yang masih sangat rendah. Astaghfirullahaladziim. 

Dari sini aku jadi bisa banyak bersyukur, karena perjuanganku menjadi istri dan ibu tidak harus seberat Siti Hajar. Bersyukur aku diberi banyak kemudahan dalam menjalankan peranku sebagai istri dan ibu. Dan aku juga banyak mengambil hikmah dari pengorbanan, dedikasi, kesabaran, dan perjuangan tak kenal putus asa yang telah dicontohkan oleh Siti Hajar, sang istri Nabi Ibrahim yang tegar dan tabah.

Ibadah sa’i ini juga dipimpin oleh muthawif yang berjalan didepan sambil membacakan doa2 dengan suara lantang agar dapat didengar dan diikuti oleh jamaah dibelakangnya. Kita boleh mengikuti doa2 yang dibacakan muthawif, juga boleh berdoa sendiri.

Setelah kelar melakukan sa’i dan berdoa, kita lalu melaksanakan rukun yang keempat yaitu tahalul. Tahalul dilakukan dengan menggunting rambut sekurang2nya 3 helai pertanda selesailah sudah rangkaian ibadah umroh kita. Apa2 yang dilarang selama berihram, sekarang telah diperbolehkan kembali. Sudah boleh memakai pakaian berjahit, memakai wangi2an, dll. Satu persatu jamaah laki2 digunting sedikit rambutnya oleh muthawif. Jamaah perempuan diguntingkan oleh mahramnya.

Maka selesai sudah pelaksanaan ibadah umroh kami. Alhamdulillahirabbil’alamiin.. Duhai Allah, terimalah ibadah kami ini. Tambahkanlah iman dan keyakinan kami, ampuni dosa2 kami, kedua orangtua kami dan seluruh muslimin dan muslimat. Aamiin ya rabbal ‘alamiin..

Setelah itu kami langsung balik ke hotel untuk beristirahat. Di perjalanan pulang dari mesjid menuju ke hotel, barulah aku bisa mengamati dengan lebih jelas kondisi dan keadaan di mesjid. Karena di awal tadi aku kurang memperhatikan karena pikiranku cuma terpusat pada Ka’bah dan prosesi umroh. Kondisi mesjid pada saat itu sedang kurang teratur karena sedang ada renovasi besar2an. Di sekeliling Ka’bah sedang dibangun upper deck untuk tempat thawaf tambahan. 


pembangunan upper deck untuk thawaf


in a huge renovation


Di beberapa sisi mesjid juga terlihat sedang direnovasi. Tapi itu semua tak mengurangi keindahan dan keagungan mesjid ini. Interiornya indah sekali. Tiang2 putih tulang yang indah dan kokoh menyangga atap mesjid. Langit2 mesjidnya juga cantik sekali, dengan lekuk liku yang menawan dan lampu2 gantung keemasan yang menambah keanggunan.
 photo from google image (olivejourney.blogspot.com)


Di banyak titik di Masjidil Haram terdapat dispenser air zamzam yang dapat digunakan oleh jamaah untuk minum atau mengisi botol minum untuk bekal. Air zamzamnya ada yang biasa dan ada yang dingin. Saat meminumnya, subhanallah terasa segar sekali. Apalagi cuaca diluar sangat panas, seperti menemukan surga dunia  setelah bertarung dengan panasnya matahari.


dispenser air zamzam (photo from jurnalhaji.com)

Papa di depan Masjidil Haram setelah umroh selesai

Selesai tahalul, kami langsung kembali ke hotel. Saat itu sekitar jam 9 pagi. Kami langsung sarapan di restoran hotel. Restoran itu menyediakan buffet dengan menu ala timur tengah. Makanan terdiri dari beberapa macam : nasi, chicken, beef, mutton, fish, sayuran, roti2an, salad bar, egg station, soup station, dll semua khas masakan Timur Tengah. 

Aku yang memang senang mencoba2 masakan baru langsung mencicipi beberapa makanan yang terlihat menarik. Semua enak menurutku, tapi teman2 sekamar dan suamiku tidak terlalu cocok dengan rasanya. Hihihi, beruntunglah aku sang pemakan segala, bisa happy dan puas dengan makanan yang berbeda dari makanan di negeri sendiri.

Selesai makan, kami menuju kamar untuk istirahat. Ah, alhamdulillah semua dimudahkan. Saat lapar, ada makanan. Saat letih, ada tempat yang nyaman untuk istirahat. Kamipun beristirahat sejenak karena nanti akan ke mesjid lagi untuk sholat zuhur.

Ya, walaupun masih terasa capek dan mengantuk, tapi kami usahakan untuk sholat fardhu di mesjid. Sayang sekali rasanya kalau cuma sholat dikamar, mengingat pahala sholat di Masjidil Haram ini 100.000 kali lipat dibandingkan dengan sholat di mesjid lain. Selain sholat, banyak sekali kegiatan ibadah yang bisa kita lakukan di Masjidil Haram. Kita bisa melakukan thawaf sunnah, I’tikaf, berdoa di Multazam, menyentuh dan mencium Hajar Aswad, sholat di Hijr Ismail, bahkan memandangi Ka’bah saja sudah  merupakan ibadah karena Allah akan menurunkan rahmatNYA bagi orang2 yang memandangi Ka’bah.

Nabi SAW bersabda: “Setiap hari ada 120 rahmat turun ke Baitullah, 60 diantaranya turun untuk orang2 yang sedang thawaf mengitari Ka’bah,dan 40 rahmat turun untuk orang2 yang sedang I’tikaf di sekitar Ka’bah, sedangkan 20 rahmat turun untuk orang2 yang memandang Ka’bah” (HR. Abu DZar dan Al-arzaqi).
Waah, subhanallah..cuma duduk diem mandangin Ka’bah aja dapet rahmat loh..

Selama berada dalam masjidil haram ini, ada banyak sekali hal2 baru dan menarik. Salah satunya adalah keberadaan para Askar Wanita. Askar2 wanita ini bertubuh besar, berpakaian serba hitam dan bercadar hingga hanya tampak matanya saja. Suaranya juga lantang dan tegas. Ya, para askar memang bertugas sebagai pengatur ketertiban di mesjid. Ada askar wanita dan ada juga askar pria. Namun yang paling menarik perhatianku adalah para askar wanita karena mereka terlihat lebih ‘galak’ dan ‘berani’.

 Di pintu masuk, jamaah wanita secara random akan dicegat oleh salah satu dari mereka untuk diperiksa tasnya. Jika kedapatan membawa barang2 yang dilarang, maka mereka tak segan2 untuk tak mengizinkan kita masuk atau menahan barang yang dilarang tersebut. Salah satu benda yang tak diperbolehkan masuk adalah kamera. 

Aku pribadi membawa kamera kecil di tasku, tapi alhamdulillah tidak pernah ketahuan karena askar yang memeriksaku cuma mengaduk2 sebentar isi tasku lalu langsung menyuruhku masuk. Kamera memang sengaja aku selipkan di antara lipatan mukena. Pemeriksaan tas itu jadi seperti formalitas saja tapi terkadang ada juga askar yang detail memeriksa isi tas sampai membuka2 semua ruang di dalam tas.

Selain memeriksa tas2 jamaah, askar juga bertugas mengatur jamaah didalam mesjid. Terkadang ada jamaah yang duduk2 atau sholat di tempat yang tidak semestinya seperti lokasi tempat orang lalu lalang, atau tangga2 sehingga membuat jamaah lain terganggu karena tidak bisa lewat. Askar2 itu tak segan2 menegur kita dan menyuruh kita segera beranjak dan mencari tempat yang sudah disediakan untuk sholat. Di waktu2 sholat fardhu kadang sangat susah mendapatkan shaf untuk sholat sehingga beberapa jamaah ada yang memilih untuk sholat nyerempet2 di lokasi yang dilarang.

 Nah disinilah suasana kadang terasa agak tegang karena lantangnya suara askar yang menegur beberapa jamaah yang juga kadang memang bandel. Jamaah2 dari timur tengah memang terkenal agak ‘ngeyel’ jika dibandingkan dengan jamaah2 dari asia tenggara. Tak jarang mereka terlihat terlibat adu mulut sebentar namun selalu diakhiri dengan kemenangan sang askar.

Tak terbayangkan bagaimana situasi Masjidil haram tanpa adanya Askar2 itu. Jemaah yang datang dari berbagai negara dan berbagai budaya, dengan bermacam sifat dan tingkah polahnya. Memang sosok tegas dan berani seperti itulah yang dibutuhkan. Demi ketertiban dan kenyamanan bersama. Namun dibalik sifat tegas dan galak itu, sebenarnya askar2 itu sangat lembut dan baik hatinya. Terbukti suatu hari saat aku hendak masuk ke mesjid, aku langsung menuju ke salah satu dari mereka sambil tersenyum dan menyerahkan tasku untuk diperiksa. Dia lalu mengucapkan salam dan memeriksa tasku. Setelah selesai, dia langsung mengelus pundakku sambil berkata “Ahlan wa sahlan ya ukhti”.

Jadi kita memang tak perlu takut atau sebal terhadap mereka. Bersikap tegas memang tugas mereka. Dan mereka akan berubah galak jika kita tak mengindahkan aturan2 mesjid. Namun jika kita kooperatif dan memudahkan pekerjaan mereka, insya Allah mereka tidak akan galak. Dan jamaah2 Melayu memang terkenal patuh2. Jadi biasanya hampir tidak ada insiden antara askar dengan jamaah2 melayu.

Selain para Askar Wanita, perhatianku juga tertuju pada para cleaning service yang bertugas membersihkan semua area Masjidil Haram. Para cleaning service itu mayoritas lelaki, yang wanita sepertinya hanya bertugas di area tempat wudhu’ wanita. Mereka dengan tekun membersihkan mesjid, mengepel air yang berceceran di sekitar dispenser air zamzam, memunguti sampah, membersihkan karpet2 dengan vacum cleaner, dll.

Bayangkan begitu banyaknya orang yang datang ke mesjid itu tapi tak pernah sejenakpun mesjid itu terlihat kotor, becek dan bau. Semua karena kerja keras mereka. Mereka tampak tersebar di seluruh penjuru mesjid. Dan kalau dilihat dari wajahnya, mereka juga sepertinya datang dari macam2 negara. Ada wajah2 Melayu, India dan juga wajah2 Arab. Banyak sekali yang dari Indonesia. Kami sempat ngobrol2 dengan salah satu cleaning service asal Banten.

Hal lain yang mencuri perhatianku sebagai seorang ibu, disana orang2 Arab dan jamaah Timur Tengah lainnya banyak terlihat pergi ke mesjid bersama anak2 mereka.  Bahkan ada yang membawa bayi yang masih kecil sekali. Anak2 itu terkadang menangis keras saat ibunya sholat, ada juga yang anteng saja, juga ada yang sibuk berkeliling2. Namun jamaah yang berada disekitarnya tampak merasa tak teganggu, fine2 saja mereka melihat anak2 dengan tingkah polahnya itu.

Wah, kalau di Indonesia sih pasti si ibu sudah digalakin deh.. Salut sekali dengan kebiasaan seperti ini. Anak2 sudah diperkenalkan dengan mesjid sedini mungkin. Anak2 sudah familiar dengan mesjid. Sehingga saat besar nanti, mereka sudah terbiasa dan tidak merasa berat untuk pergi ke mesjid. Ini yang harus kita contoh.. jangan malah melarang anak masuk mesjid karena takut mengganggu.. Justru anak2 ini harus akrab dan nyaman dengan mesjid.. Dalam hati aku berjanji setelah pulang nanti akan sering2 membawa anak2ku ke mesjid..

Pemandangan di sepanjang jalan dari dan menuju mesjid juga seru sekali. Tampak toko2 berjejeran, beraneka warna barang dagangannya. Gedung2 tinggi menjulang diatas bukit2 batu. Burung2 merpati yang bebas berterbangan dan seliweran dijalan.

 Para jemaah dari berbagai bangsa tampak berjalan tergesa, ada juga yang berjalan perlahan. Sebagian memakai pakaian ihram, sebagian lagi pakaian biasa. Tak satupun muslimah yang membuka auratnya. Harum wewangian khas arab terasa menyeruak hidung saat aku melewati sebuah toko minyak wangi. Tak pernah terdengar suara musik dari dalam toko2 itu, yang terdengar hanyalah lantunan ayat2 Al Qur’an. So cool..

Oh ya, ada satu bangunan yang juga menjadi perhatian orang2 yang datang ke masjidil Haram. Bangunan itu adalah menara tinggi dengan jam raksasa yang sangat indah. Mirip seperti BigBen, namun jam raksasa satu ini bertuliskan nama Allah dan berhiaskan bulan sabit di puncaknya. Bagus sekali,apalagi jika dilihat dimalam hari. Spektakuler..dengan cahaya hijau berpendar cantik.



 Konon katanya, setiap  datang waktu sholat, 21 ribu lampu hijau dan putih akan bersinar menandakan waktunya kaum muslimin untuk sholat. Lampu tersebut bisa dilihat dari jarak 18 mil atau 28,8 km. Keren ya..

Comments

  1. Subhanallah..Ya Allah berilah aku kesempatan datang ke rumah-MU

    ReplyDelete
  2. Subhanallah..Ya Allah berilah aku kesempatan datang ke rumah-MU

    ReplyDelete
  3. Semoga ibadah umrohnya mabrur. Mabruk ilaikum.
    Itu umrohnya bersama Pak Ary Ginanjar Agustian yah?
    Infonya sangat bermanfaat. Terima kasih.

    Salam
    http://www.paketumrohdena.com
    http://denapaketumroh.com/

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Liburan Keluarga di Ciater Camping Park ( Part 1)

Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga liburan bareng sepupu2. Udah lamaa direncanakan, tapi tau sendiri deeh gimana susahnya ngatur skejul. Jangankan liburan yang nginep, mau ketemuan aja jarang2 bisanya, padahal cuma 3 keluarga loh inii. Duh duuuh nasib orang Jakarta yaa.. Setelah silaturahim pas lebaran kemarin,  kamipun sepakat untuk merencanakan lagi liburannya dengan serius. Lalu kami membuat WA grup dan diskusi dilanjutkan di sana. Awalnya kami merencanakan liburan ke Teluk Kiluan di Lampung, pas lihat peta loh kok jauh. Trus ganti tujuan ke Ujung Kulon, eh masih berasa jauh juga. Ganti lagi ke Anyer, ah kayaknya kurang sreg. Pindah tujuan ke Garut, tapi kok ngga nemu tempat nginep yang sesuai kemauan kita.  Akhirnya setelah browsing2 lagi, ketemulah si Ciater Camping Park ini di blognya tesyaskinderen dan aku langsung jatuh hati.  Langsung deh aku lempar ke grup dan direspon baik oleh yang lain. Sebelum berubah pikiran lagi, cusss ketok palu deh.. Bismillah, kita campi

My Umroh Journey (Part 3)

Day 3, Pemaknaan Kota Mekkah-Berkunjung ke Peternakan Unta-Ambil Miqot di Hudaibiyah-Umroh yang kedua. Hari selanjutnya, kami dijadwalkan mengikuti pemaknaan kota Mekkah di suatu gedung pertemuan, kemudian mengunjungi peternakan unta dan mencicipi susu unta segar, serta mengambil miqot di mesjid Hudaibiyah yang tak jauh dari peternakan unta dan kemudian langsung menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan umroh yang kedua. Menurut perkiraan, hari ini seharusnya adalah tanggal 1 Ramadhan. Namun ternyata semalam setelah menunggu2 pengumuman dari pemerintah Arab Saudi, 1 Ramadhan ternyata jatuh pada besok harinya. Padahal semalam setelah makan malam kita langsung ngacir ke mesjid bersiap2 hendak sholat taraweh. Pagi2 setelah sarapan, kami lalu berkumpul di lobby kemudian berangkat naik bus ke gedung pertemuan. berkumpul di lobby  Itulah pertama kali aku menyaksikan suasana kota Mekkah pada siang hari di luar area hotel dan Masjidil Haram. Disana sini masih banyak re

My Umroh Journey (Part 1)

Bismillahirrahmanirrahim.. Wah akhirnya ada kesempatan juga buat nulis pengalaman umroh kemarin. Sebenernya gak sibuk2 amat sih, cuma entah kenapa tiap akan mulai menulis, rasanya susaaaah banget menemukan kalimat2 yang sesuai. Segudang ide tulisan udah rebutan pingin keluar dari otak, tapi tiap mau mulai selalu ada perasaan takut..cemas.. Takut kalau2 cerita yang ingin disampaikan malah terkesan pamer dan riya. Cemas jika kalimat2 yang aku tulis ada yang malah menyinggung atau membuat yang membaca menjadi tak berkenan..  kalau sudah begitu, maka mood menulis buyar sudah.. suatu saat pas mood udah baik lagi dan mulai semangat nulis..eeeh krucils ku yang malah gak bisa diajak kompromi..  Hehe.. Alhamdulillah akhirnya sekarang ada waktu luang dan mood sedang bagus.. Oh iya pertama2 saya ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar2nya jika kalimat2 dalam cerita saya ini ada yang tidak berkenan di hati teman2. Sungguh saya tidak bermaksud apa2 selain ingin berbagi cerita d